Dalam hal keselamatan, mengendarai sepeda motor adalah berbeda dengan mobil. Perlu ekstra hati-hati bila mengendarai sepeda motor karena resiko rider terluka jika terjatuh, lebih besar kemungkinannya daripada mengendarai mobil. Mobil memiliki bemper dan body besi yang mengelilingi supir, sedangkan sepeda motor tidak ada sama sekali. Jadi untuk mencegah kecelakaan, selain diperlukan konsentrasi penuh agar sepeda motor tetap berada di atas kedua bannya, sang rider pun juga harus memahami teknik-teknik mengendarai agar bisa meminimalisir kecelakaan yang mungkin terjadi.
Satu dari sekian banyak teknik berkendara yang benar adalah dengan menggunakan metode "Berpikir What If...". What if adalah saat dimana sinyal-sinyal situasi yang berkecenderungan berbahaya sudah menyala, maka kita harus waspada dengan segera berpikir untuk mencegah kecelakaan yang kemungkinan saja terjadi. Bisa dengan cara melambatkan kendaraan dan berhenti (mengerem) atau dengan bermanuver. Kalau masih bingung apa artinya, coba bacanya diulang lagi dengan perlahan. Kalau masih bingung juga, yuk kita teruskan pembahasannya saja dulu.
Bahasa Indonesia dari 'What if' adalah 'seandainya'. Contoh 'seandainya' disini misalnya: seandainya ada orang mendadak membuka pintu mobil, seandainya ada orang yang menyeberang di depan bis yang mendadak berjalan perlahan, seandainya mendadak ada motor yang keluar dari gang, seandainya ada pasir di tikungan depan dan seandainya-seandainya yang lain. Berpikir seandainya (what if) akan membuat rider mengambil posisi waspada (utk mengerem atau siap-siap bermanuver) beberapa detik sebelum kondisi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan muncul.
Banyak kecelakaan sepeda motor terjadi karena 'what if'-nya di rider tidak berjalan (atau ridernya memang cuek ndablek). Saya pernah melihat ada metro mini yang dari jalur kanan mendadak berpindah ke jalur kiri. Metro mini tersebut lalu memperlambat laju bisnya. Eh tahu-tahu ada motor yang tetap nekat mengambil lajur kiri dari bis namun tidak memperlambat kecepatannya. Tahu apa yang terjadi? Mendadak ada penumpang turun dari metro mini tadi tanpa lihat-lihat ke kiri lagi, tepat di depan motor yang sedang melaju. Yap, akhirnya bisa ditebak. Walaupun sempet menarik rem, si motor tetap menabrak orang tersebut. Yang ditabrak sih tidak apa-apa. Cuma kaget dan shock, kontan ia marah-marah ke si rider. Sebaliknya si rider juga tidak mau kalah. Ia memarahi balik orang tersebut sekaligus memarahi kenek yang kebetulan sedang bergelantung di pintu belakang. Sah-sah saja kalau si rider marah-marah, tetapi buat apa? Toh kecelakaan sudah terjadi. Tidak ada yang benar disana. Semua yang terlibat kecelakaan tadi masing-masing menyumbang kesalahan.
Seharusnya sebagai pengendara motor yang dewasa dalam berkendara, rider harus pandai-pandai menangkap sinyal-sinyal yang cenderung membahayakan dirinya supaya ia bisa menghindari kecelakaan itu. Begitu si metro mini memperlambat bisnya, sinyal/tanda si metro mini yang akan menurunkan penumpang harus bisa 'ditangkap' oleh si rider sehingga ia bisa memperlambat laju motornya kalau ingin tetap mengambil lajur kiri, atau langsung bersiap mengambil lajur kanan untuk mendahului si bis kecil tadi. Ini adalah salah satu contoh sederhana yang terjadi setiap hari. Rekor terbaik seorang pengendara motor adalah bukan sudah berapa kali ia terjatuh, tetapi sudah berapa kali ia bisa menghindari situasi yang berpotensi timbulnya kecelakaan (lain cerita kalau si rider adalah pembalap motoGP).
Metode berpikir 'What if' sangat membutuhkan mental yang sabar. Mental ini tidak memunculkan keinginan untuk tampil hebat di jalan. Tetapi mental ini dapat menjaga emosi si rider agar tetap tenang, sehingga perilaku berkendara menjadi tidak agresif yang tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Istilah perilaku berkendara seperti ini populer dengan sebutan 'defensive riding'.
Metode berpikir 'What if' sangat membutuhkan mental yang sabar. Mental ini tidak memunculkan keinginan untuk tampil hebat di jalan. Tetapi mental ini dapat menjaga emosi si rider agar tetap tenang, sehingga perilaku berkendara menjadi tidak agresif yang tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Istilah perilaku berkendara seperti ini populer dengan sebutan 'defensive riding'.
Berikut adalah gambar-gambar untuk memvisualisasikan kapan 'Berpikir What If' digunakan:
Masih banyak kasus-kasus serupa dimana what if bisa dipakai. Gunakan selalu cara "berpikir what if" setiap anda mengendarai sepeda motor. Have a nice riding!
Tips:
Perhatikan roda depan mobil yang ada di sebelah motor anda. Roda depan itu akan membantu anda mengetahui ke arah mana mobil akan berbelok (jika si mobil lupa menyalakan lampu sein).